Sejarah Kedokteran Islam
Sejarah kedokteran Islam terbagi dalam tiga periode: pertama yaitu Yunani ke Arab dimulai pada abad ke 8, pada masa Islam menguasai hampir dua pertiga dari dunia. Periode ini adalah periode penerjemahan naskah ilmiah dari filsafat Yunani ke bahasa Arab. Pada masa kekhalifahan di Baghdad, yaitu pada pemerintahan al Ma'mun mulai menyadari pentingnya mempe ilmu pengetahuan Yunani. Hal ini ditandai dengan pendirian lembaga yang bertujuan untuk perkembangan keilmuan yaitu "The House Wisdom".
Sejumlah besar manuskrip medis dari Hippocrates Galen, karya karya filsafat Plato dan Aristoteles, serta matematika oleh Euclid dan Archimedes di terjemahkan oleh Hunain bersama timnya.
Ref:-5(. Bashar Saad, Omar Said, Greco-Arab and Islamic Herbal Medicine: Traditional System, Ethics, Safety, Efficacy and Regulatory Issues, (Wiley: A John Wiley & Sons Inc, 2011), 1-6.)
Sejumlah sarjana Islam terkemuka ikut ambil bagian a proses transfer pengetahuan itu. Tercatat sejumlah tokoh serperti Yuhanna Ibnu Masawayah (777 - 857 M), dan Hunain Ibnu ishak (809 – 873 M) ikut menerjemahkan literatur kuno dan kedokteran masa awal.-6
Pada abad ini juga sejumlah keluarga dinasti bani Umayah andil dalam penerjemahan teks medis dan kimiawi dari berbagai bahasa. Umar Ibnu Abdul Azis (717 720) memerintahkan penerjemahan dari bahasa Syiria ke bahasa Arab sebuah buku pegangan medis abad ke 7 yang ditulis oleh Pangeran Aleksandria Ahrun yang diterjemahkan dalam bahasa Arab oleh Hunain.
Tahap kedua adalah kejayaan islam itu sendiri, dengan lahirnya para ilmuan muslim di bidang kedokteran, era kejayaan Islam telah melahirkan sejumlah tokoh kedokteran terkemuka, seperti : al Zahrawi, Ibnu Sina, Ibnu al Nans, Ibnu al Maiman dan al Razi.
Al Razi dikenal di dunia Barat dengan nama Razes. Al Razi pernah menjadi dokter istana pangeran Abu Saleh al Mansur, penguasa Khorosan. Buku kedokteran yang dihasilkannya berjudul al Mansuri (Liber al Mansofis) dan al Hawi. Tokoh kedokteran lainnya adalah al Zahrawi (930-1013) atau dikenal dengan Abuleasis. Dia adalah ahli bedah terkemuka di Arab. Al Zahrawi menempuh pendidikan di Universitas Cordoba. Sebagian besar hidupnya didedikasikan untuk menulis buku - buku kedokteran khususnya masalah bedah.-7
Pada abad ke 9 M hingga 13 M, kedokteran Islam berkembang sangat pesat. Pada masa kejayaan Islam, rumah sakit tidak hanya berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan para pasien, namun juga menjadi tempat untuk menimba ilmu para dokter baru yang menghasilkan penelitian dan pengembangan yang begitu cepat sehingga menghasilkan ilmu medis baru. 8
Kemudian tahap ketiga, dari bahasa Arab ke dalam bahasa Latin dimulai pada abad kedua belas ketika para sarjana Eropa yang tertarik dalam ilmu pengetahuan dan filsafat datang untuk belajar dari orang orang Arab. Mereka mulai mempelajari manuskrip Arab menerjemahkan ke dalam bahasa Latin. Penulis yang paling menonjol pada pengobatan dalam bahasa Arab adalah Ibnu Sina, dikenal de sebutan Avicena.
Seperti al Razi, Ibnu Sina menulis di banyak pelajaran, dan dikenal sebagai filsuf dari para dokter. The Canon Medicine merupakan buku karangan Ibnu Sina yang diterjemahkan dalam bahasa Latin pada abad kedua belas, dan terus mendominasi pengajaran kedokteran di Eropa sampai setidaknya akhir abad ke-enam belas. Buku Ibnu Sina menjelaskan penyakit, dan mengurai penyebabnya. Buku ini juga membahas kebersihan, obat-obatan sederhana dan kompleks, gejala dan komplikasi dari diabetes, fungsi bagian tubuh.-9
Kontribusi Muslim terhadap pengobatan dikembangkan tidak hanya dalam lingkup praktik medis seperti yang sekarang diketahui sebagai ilmu dasar kedokteran, tetapi juga dalam konteks disiplin ilmu sosial, filosofis yang terkait secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi teori dan praktik kedokteran.
Sebagian besar kontributor di bidang kedokteran juga memiliki pengetahuan di bidar studi lainnya. Ibnu Sina, yang dikenal sebagai "Pangeran Dokter juga seorang filsuf dan polimatik terkenal, menulis cukup banya tentang astronomi, matematika, metafisika dan logika. Pengetahuan "Berbasis Luas" ini memungkinkan mereka untuk menafsirkan dan memahami hikmat Al Qur'an dan Hadist dalam kerangka teori dan praktik medis. -10
Perkembangan pengobatan Islam yang paling populer dalam konteks "Tibb An Nabawi", atau "Pengobatan Nabi" adalah Ibnu Qayyim al Jauziyah (wafat tahun 751 H/1350 M) dan Jalaluddin As – Sayuti (wafat tahun 911 H/1505 M), mereka menerapkan kompilasi dari Ayat-ayat Al-Qur'an dan tradisi Nabi Muhammad SAW yang berkaitan dengan teori dan praktik kedokteran, seperti bekam, ramuan obat-obatan dan penyembuhan spiritual.- 11,12
Meskipun Nabi Muhammad SAW bukan penyembuh namun sunnahnya dapat dijadikan pedoman dalam kesehatan. Banyak contoh dari Hadist Nabi dalam penanganan berbagai penyakit yang memberikan kesembuhan walaupun sebagian orang menganggap tidak relevan pada saat ini, namun alasan masyarakat dalam menggunakan pengobatan berdasarkan tradisi nabi ini berangkat dari keyakinan yang mendalam atas Al - Quran dan Hadist Nabi sehingga mempengaruhi aspek spiritual yang secara tidak langsung akan berdampak pada fisik.
Sistem pengobatan cara nabi ini berangkat dari wahyu dan ilham yang kemudian disempurnakan dengan agama Islam dan dipraktekkan sampai abad ke 19, tidak hanya di dunia Muslim atau penganut ajaran Islam saja yang mempraktekkannya tetapi juga di wilayah Kristen di Eropa, sistem ini dipegang kuat pada masa kebangkitan Renaisans. Hal ini jelas terlihat di Graeme Tobyn's "Culpeper's Medicine" (Praktek Pengobatan Holistik Modern) yang menggambarkan peran Nicholas Culpeper (wafat 1654 M) dalam mempopulerkan metode pengobatan cara Nabi di Inggris pada abad ke 17.-13
Prinsip yang sama dari The Canon of Medicine yang membentuk dasar pengobatan Culpeper. Penting untuk dicatat bahwa walaupun ada perbedaan yang tak terbantahkan antara agama Islam, Kristen dan Yudaisme namun secara runtutan sejarah kesemuanya berakar pada nabi Ibrahim, sehingga memungkinkan ketiga kelompok agama tersebut untuk menerima prinsip-prinsip dasar pengobatan cara nabi karena memiliki pandangan yang serupa dalam konsep penciptaan, nilai nilai agama, moral dan penerimaan kehidupan setelah kematian.
Seiring dengan kebangkitan Eropa yang banyak mengadopsi pengobatan cara Islam dalam penanganan penyakit, disisi lain telah mengalami perubahan dengan masuknya dimensi sekuler, hal inilah yang dijadikan dasar pengobatan modern saat ini.
Refrensi :
#5 - Bashar Saad, Omar Said, Greco-Arab and Islamic Herbal Medicine: Traditional System, Ethics, Safety, Efficacy and Regulatory Issues, (Wiley: A John Wiley & Sons Inc, 2011), 1-6.)
#6. Philip K. Hitti, History of the Arabs (Jakarta : Serambi, 2002), 545.
#7. Majid Fakhry, Sejarah Filsafat Islam, diterjemahkan dari A History of Islamic Philosophy, Cet. I (Jakarta : Pustaka Jaya, 1986), 151
#8. Syafiq Al-Ayuny, At-Takhdzir Al-Maudhu'iy (Bairut: 1980), 12.
#9..Bashar Saad, "Greco-Arab and Islamic Medicine." European Journal of Medicinal Plants 4, no.3 (2014): 249 - 58
#10. Laleh Bakhtiar, .The Canon of Medicine ñ Avicenna (Chicago : Kazi Publications, 1999)
#11.Jalaluddin As-Suyuti, Medicine of the Prophet (London : TaHa Publishers. 1994)
#12.Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah, Healing with the Medicine of the Prophet. (Saudi Arabia : Darussalam, 1999)
#13.Graeme Tobyn, Culpeperis Medicine: A practice of Western Holistic Medicine (London: Jessica Kingsley Publishers, 1997).
#1, Dr, agus Rahmadi, M.Biomed.,MA. Tinjauan Bekam medis & hadist,2019
Posting Komentar untuk " Sejarah Kedokteran Islam"